Taman Wisata Alam Sangeh
Sebelumnya lebih dikenal dengan nama Obyek Kera Bukit Sari Sangeh yang di dalam kawasannya terdapat Pura peninggalan Kerajaan Mengwi abad XVII. Dalam perkembangannya Sangeh menjadi salah satu obyek wisata tertua di Bali.
Berdasarkan surat penetapan Gubernur Jenderal Hindia Belanda nomor 90 tanggal 21 Pebruari 1919, kelompok hutan Sangeh seluas 9,8 Ha, sebagai Cagar Alam (Natuurmonumenten).
Berdasarkan hasil pengukuran dan penataan batas oleh Balai Planologi Kehutanan Wilayah IV Nusa Tenggara pada tanggal 31 Juli 1979 diperoleh luas definitif atas Cagar Alam Sangeh seluas 10,8 Ha.
§ Berdasarkan berita acara tata batas tambahan Cagar Alam Sangeh (RTK.21) tanggal 19 Mei 1990 diperluas dengan menambahkan lahan kompensasi dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) seluas 3, 169 Ha, sehingga luas CagarAlam Sangeh menjadi 13,969 Ha.
Berdasarkan surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 87/Kpts-11/93 tanggal 16 Pebruari 1993, tentang perubahan fungsi Cagar Alam Sangeh yang terletak di Kabupaten Badung, Propinsi Bali, seluas 13,969 Ha menjadi Taman Wisata Alam Sangeh.
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.203/Menhut-II/2014 tanggal 03 Maret 2014 tentang Penetapan Kawasan Taman Wisata Alam Sangeh (RTK.21) seluas 13,91 Ha di Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
Luas Kawasan
13,91 Hektar HA
Letak Kawasan
Kab. Badung
Latitude
-8.481227
Longitude
115.208712
No SK
SK.203/Menhut-II/2014
Tanggal SK
2014-03-03
SK
Download
Peta SK
Download
Personil
Polhut
1
PEH
0
Penyuluh
0
Tenaga Pengaman Hutan Lainnya
5
Flora
Jenis flora yang mendominasi dan khas di TWA Sangeh adalah tegakan Pala (Dipterocarpus trinervis). Jenis flora lain yang bisa ditemukan di kawasan ini di antaranya Beringin (Ficus sp.), Nyamplung/Camplung (Callophyllum inophyllum), Mundeh (Garcinia celebica), Basa-Basa (Clausena anisata), Udu (Litsea sp.), Julut (Litsea glutinosa), Cempaka Kuning (Miche/ia champaca), Cempaka (Michelia alba), Juwet (Syzygiun cumim), Anggrek (Eria sp.), Buni (Antidesma bunius), Mahoni (Swietenia macrophylla), Majegau (Dysoxylum densiflorum), Pule (Alstonia scholaris), Lempeni (Ardesia humilis), Keruwak (lpomoea alba), Bergiding (Hiptage benghalensis), Purnajiwa (Euchresta horsfieldii), Brun Pron (Anamirta cocculus), Saga/Wengkal (Adenanthera pavonina), Kewaluh (Corymborchis veratrifolia), Peji (Pinanga coronata), Peradangan (Piper caninum), Teket bukal (Zyzyphus horsfielddii), dll.
Fauna
Jenis satwa liar yang mendominasi di TWA Sangeh adalah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dengan populasi ± 600 ekor yang terbagi menjadi 3 kelompok. Satwa liar lainnya yang dapat dijumpai di dalam kawasan maupun di sekitar kawasan beberapa di antaranya:
1) Aves:
Kipasan (Rhipidura javanica), Tekukur (Streptopelia chinensis), Elang Bondol (Haliastur indus), Kepodang (Oriulus chinensis), Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Perkutut (Geopelia striata), Alap-Alap (Accipiter badius) Burung-madu Kelapa (Anthreptes ma/acensis), Gagak (Corvus enca), Bangau Sendang-lawe (Ciconia episcopus), Kuntul Kecil (Egretta garzetta), Kuntul Perak (Egretta intermedia), Elang Ular Bido (Spilornis cheela), Jalak suren (Sturnus contra), Jalak Putih (Sturnus melanopterus), Puyuh (Turnix suscitator), dll.
2) Mamalia:
Musang (Paradoxurus hermaphroditus), Tupai kekes (Tupaia javanica), Kucing hutan (Felis bengalensis), Kelelelawar (Pteropus edulis), dll.
3) Reptilia:
Tokek (Gecko gecko), Kadal (Mabouya multifasciata), dll.
4) lnsecta:
Kupu-Kupu (Ordo Lepidoptera), dll
5) Amphibia:
Kodok (Bufo sp.), dll.
Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di TWA Sangeh seolah-olah berada di kerajaan mereka sendiri, berkelompok dan masing-masing kelompok memiliki seekor pemimpin. Pemimpin kelompok hidup di wilayah yang paling luas. Peraturan di kelompok mirip kerajaan manusia, misalnya pemimpin kelompok harus diutamakan dalam pembagian makanan, kawin dan sebagainya.
Lainnya
Pura adalah tempat suci untuk memuja Hyang Widhi Wasa dalam segala Prabawa (manifestasi-NYA) dan Atma Sidha Dewata (Roh Suci Leluhur). Di samping dipergunakan istilah Pura untuk menyebut tempat suci atau tempat pemujaan, dipergunakan juga istilah Kahyangan atau Parhyangan.
Pura adalah tempat suci umat Hindu yang berfungsi sebagai tempat pemujaan Hyang Widhi Wasa dalam segala Prabawa-NYA (manifestasi-NYA) dan atau Atma Sidha Dewata (Roh Suci Leluhur) dengan sarana upacara yadnya sebagai perwujudan dari Tri Marga.
1) Pura BukitSari
Pura Bukit Sari, terletak agak di tengah pada bagian Baral. Menurut Parisada Hindu Dharma Indonesia, terdapat 36 bangunan suci di kawasan TWA ini. Hulan pala di Desa Sangeh tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan Pura Bukit Sari yang berada di tengah hutan pala tersebut.
Hutan pala ini disebut Bukit Sari, meskipun daerah di mana pohon pala itu tumbuh berupa dataran saja bukan bukit. Dalam bahasa Sansekerta kata “pala” artinya melindungi, sedangkan kata “phala” artinya buah.
Adanya Pura Bukit Sari di hutan pohon pala Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung ini diceritakan secara mitologis dalam Lontar Babad Mengwi.
2) Pura Melanting
Pura Melanting terletak di dalam kawasan, ± 200 m sebelah timur Pura Bukit Sari. Komplek pura ini terdiri dari beberapa bangunan,dengan bangunan berupa “Meru” tingkat tiga.
3) Pura Tirtha
Pura Tirtha, terletak di tepi jalan raya Denpasar• Petang dan di sebelah Timur kawasan TWA Sangeh. Pura ini terdiridari satu pelinggih yang berbentuk tugu.
4) Pura Anyar
Pura Anyar terletak di sebelah tenggara kawasan, merupakan pengembangan dari Pura Batan Pule yang terletak di bawah pohon Pule. Komplek pura ini terbagi dalam dua bagian, yaitu bagian luar untuk mempersiapkan sesaji danbagian “jero” yang terdiri dari tiga bangunan yang merupakan pusat dari Kelompok Pura Anyar.
Upacara keagamaan dan Dewa Yadnya, Pitra Yadnya dan Manusia Yadnya dengan jenis atraksi kesenian tradisional seperti seni tari, seni gamelan dan seni suara (kekawin). Keberadaan bangunan pura yang merupakan tempat peribadatan umat Hindhu, menjadi daya tarik wisatawan terutama wisatawan mancanegara yang tertarik dengan budaya Hindhu Bali.
